• SMK MUTU BANDONGAN
  • Success By Discipline

Menyoal Hari Pendidikan Nasional: Mengapa Bukan K.H. Ahmad Dahlan?

 

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan jasa para pahlawan."

     Kutipan legendaris Bung Karno ini sering kita dengar dalam upacara, pidato resmi, atau buku pelajaran. Tapi pertanyaannya, benarkah kita telah menghargai jasa pahlawan dengan adil dan jujur, khususnya di bidang pendidikan?

     Setiap tanggal 2 Mei, bangsa ini memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara, tokoh nasional yang dihormati sebagai pelopor pendidikan kebangsaan dan pendiri Taman Siswa. Tapi ada satu pertanyaan mendasar yang layak diajukan ulang.

     Mengapa Hari Pendidikan Nasional jatuh pada 2 Mei? Mengapa bukan hari kelahiran K.H. Ahmad Dahlan yang lebih dulu memulai gerakan pendidikan yang masih hidup sampai hari ini?

     Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1922, dengan misi melawan diskriminasi pendidikan kolonial dan membangun pendidikan nasional yang merdeka. Gagasan ini besar, mulia, dan patut dihargai.

     Tapi empat tahun sebelumnya, tepatnya tahun 1918, K.H. Ahmad Dahlan sudah mendirikan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah. Bahkan sebelumnya, pada 1912, beliau telah mendirikan organisasi Muhammadiyah yang sejak awal menjadikan pendidikan sebagai misi utamanya.

     Dan hari ini, jika kita menoleh ke lapangan, realitas berbicara lebih lantang daripada teks sejarah: Taman Siswa secara kelembagaan hampir tak terdengar lagi. Sementara itu, Muhammadiyah tumbuh menjadi raksasa pendidikan nasional, mengelola lebih dari:

  • Ribuan sekolah dan madrasah
  • Ratusan perguruan tinggi
  • Ratusan ribu guru dan dosen
  • Dan jutaan siswa serta mahasiswa dari Sabang sampai Merauke

 

Ada ironi besar dalam cerita ini.

     Tokoh dan lembaga yang lahir lebih dulu, bertahan lebih lama, dan berdampak lebih luas, justru tidak dijadikan poros sejarah pendidikan nasional. Sebaliknya, tokoh dan lembaga yang lahir belakangan dan kini hanya tinggal simbol, justru dinobatkan sebagai pusat peringatan tahunan setiap 2 Mei. Apakah ini bentuk kealpaan sejarah? Ataukah bentuk rekayasa narasi untuk mengangkat satu pihak dan mengecilkan peran yang lain?

     Perlu ditekankan tulisan ini bukan untuk meragukan jasa Ki Hajar Dewantara. Beliau tetap tokoh penting dan memiliki peran besar dalam membangun semangat pendidikan nasional.

     Namun, menempatkan beliau sebagai satu-satunya pusat penghormatan pendidikan nasional, tanpa membuka ruang untuk peran K.H. Ahmad Dahlan dan para pendidik Islam lainnya, adalah ketimpangan sejarah yang merugikan bangsa ini sendiri.

     Kyai Ahmad Dahlan tidak hanya mendirikan sekolah. Beliau mendobrak cara berpikir umat Islam terhadap ilmu, menyatukan iman, ilmu, dan amal. Beliau mengintegrasikan agama dan ilmu modern, membangun sistem pendidikan yang disiplin, rasional, dan membumi. Sekolah-sekolah Muhammadiyah menjadi ruang belajar bagi anak pribumi miskin, bukan hanya kaum terpelajar.

"Dan yang lebih penting: Warisan beliau hidup hingga sekarang"

     Bukan sekadar dikenang lewat nama jalan atau patung. Tapi lewat jutaan alumni yang kini menjadi guru, dokter, dosen, ilmuwan, pemimpin daerah, bahkan menteri.

     Tanggal 1 Agustus 1868 adalah hari lahir K.H. Ahmad Dahlan. Jika bangsa ini sungguh-sungguh ingin menghargai jasa pahlawan pendidikan, mengapa tanggal ini tidak pernah dijadikan opsi untuk Hardiknas, atau paling tidak hari bangkit dari kungkungan pikiran sendiri dari cengkraman kebodohan. Apakah karena ia seorang kiai? Apakah karena ia mendirikan gerakan Islam? Apakah karena ia bukan bagian dari arus narasi nasionalis-sekuler?

      Kalau demikian, maka bangsa ini belum benar-benar adil dalam menghargai sejarah. Kita masih memilih berdasarkan selera kekuasaan, bukan berdasarkan kenyataan.

     Menyoal Hari Pendidikan Nasional bukan tanda kurang nasionalis. Justru ini adalah bentuk nasionalisme sejati, mencintai bangsa cukup dalam untuk berani mengoreksi agar lebih jujur, adil, dan seimbang. Mungkin kita tidak harus langsung mengganti 2 Mei. Tapi setidaknya:

  • Kita harus membuka ruang bagi pengakuan yang lebih luas terhadap tokoh-tokoh lain seperti K.H. Ahmad Dahlan.
  • Kita perlu mengintegrasikan sejarah pendidikan Islam ke dalam narasi resmi bangsa.
  • Dan kita harus berhenti menutup mata terhadap fakta bahwa pendidikan rakyat hari ini lebih banyak dibangun oleh lembaga-lembaga Islam seperti Muhammadiyah.

     Pendidikan bukan soal siapa yang diperingati, tapi siapa yang benar-benar membangun. Dan K.H. Ahmad Dahlan telah membangun sistem pendidikan yang masih hidup, berkembang, dan memberdayakan jutaan jiwa. Jika bangsa ini ingin disebut besar, maka berhentilah sekadar memperingati, dan mulailah menghargai dengan kejujuran sejarah.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
BOS Bukan Sekadar Anggaran, SMK Muhammadiyah Bandongan Laporkan dengan Terbuka

Bandongan, Juli 2025 – Dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan sekolah yang transparan, akuntabel, dan partisipatif, SMK Muhammadiyah Bandongan menyampaikan Laporan Realisasi

17/07/2025 19:02 WIB - Smkmutubandongan
Semarak Tahun Baru Islam, Ribuan Warga Bandongan Padati Pawai Ta'aruf

Bandongan, 27 Juni 2025 – Suasana semarak dan penuh kebersamaan menyelimuti Kecamatan Bandongan hari ini. Ribuan warga tumpah ruah di jalanan, memadati Lapangan Bandongan, dalam s

27/06/2025 10:18 WIB - Jangkung Santoso
Semarak Persami Gerakan Kepanduan HW se-Jawa Tengah

Bandongan – Kwartir Wilayah Jateng Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan  bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) sukses menyelenggarakan kegiatan Persami (P

23/06/2025 10:13 WIB - Jangkung Santoso
Classmeet Pentas Seni Ramaikan Akhir Tahun Ajaran di SMK Mutu Bandongan

19 Juni 2025 – Sebagai bagian dari kegiatan penutup tahun ajaran, SMK Muhammadiyah Bandongan menggelar Classmeet Pentas Seni yang berlangsung meriah di lapangan sekolah. Acara ini

19/06/2025 13:51 WIB - Jangkung Santoso
Deklarasi Anti Narkoba dan Cegah Tawuran Pelajar

SMK Muhammadiyah Bandongan mengambil langkah proaktif untuk melindungi generasi pelajar dari ancaman narkoba dan tawuran. Dengan menghadirkan Kapolsek Bandongan dan BNN, sekolah memberi

17/06/2025 12:22 WIB - Jangkung Santoso
Perluas Jangkauan BKK: SMK Mutu Bandongan ada Rekrutmen PT. MTI

Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Mutu Bandongan menggelar rekrutmen karyawan PT. MTI pada 13 Juni. Sebanyak 200 peserta dari berbagai kalangan di Kabupaten Magelang mengikuti proses seleksi

16/06/2025 13:45 WIB - Jangkung Santoso
Sembelih 5 Sapi Kurban Berlanjut Makan Bersama Wali Murid SMK Mutu Bandongan

Dalam rangka merayakan Iduladha 1446 H, SMK Muhammadiyah Bandongan menggelar penyembelihan hewan kurban pada 6 Juni 2025. Sebanyak lima ekor sapi disembelih di lingkungan sekolah, denga

10/06/2025 19:28 WIB - Jangkung Santoso
Outing Class Membara: MTsN 2 Kota Magelang Disambut Meriah di SMK Mutu Bandongan

     Bandongan, 28 April 2025 — Langit cerah seakan ikut merayakan ketika 150 siswa dan 6 guru pendamping dari MTsN 2 Kota Magelang memasuki Lapangan SMK Mutu Bando

30/04/2025 12:08 WIB - Jangkung Santoso
Gema Kegembiraan Halal Bihalal Berlanjut Mutu Festival SMK Mutu Bandongan

     Lapangan Baru SMK Mutu Bandongan dipenuhi ribuan siswa yang hadir dengan penuh semangat (26/4/25), menjadikan momen ini sebagai sebuah perayaan yang luar biasa. Acar

28/04/2025 11:37 WIB - Jangkung Santoso
Mini Career Fair di Gor Gemilang Sukses Gaet Ribuan Peserta

        Magelang – Acara Mini Career Fair yang digelar di Gor Gemilang, Pemda Magelang, pada Sabtu, 26 April 2025, berlangsung meriah dan sukses men

26/04/2025 14:05 WIB - Jangkung Santoso